Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review Buku The Midnight Library, Mengajarkan Untuk Hidup Bersyukur



Sempat lama masuk ke dalam wishlist buku yang ingin dibaca, akhirnya gue bisa menyelesaikan buku The Midnight Library. Buku karangan Matt Haig yang terbit pada 13 Agustus 2020 ini, meraih penghargaan buku fiksi terbaik versi goodreads pada tahun 2020. Dengan torehan prestasi seperti itu, bikin gue penasaran seperti apa sih buku ini.


The Midnight Library mengambil premis yang cukup unik dan menarik. Menceritakan tentang momen di antara hidup dan mati. Kalau orang Indonesia sih nyebutnya mati suri. Dari sini, Matt Haig coba memberikan suatu kisah yang membuat pembaca memaknai kehidupan itu seperti apa.


Review Buku The Midnight Library


Sinopsis The Midnight Library




Kehidupan Nora Seed sangat memprihatinkan. Hidupnya tidak pernah bahagia. Berbagai hal di hidupnya menggiring dia ke dalam pusaran depresi. Gagal bikin ayahnya bangga sebagai atlet renang. Keluar dari band yang membuat hubungan dengan kakaknya retak. Gagal menikah dengan tunangannya. Mengecewakan sahabatnya yang tinggal di Australia. Keluar dari pekerjaan. Ditinggal mati oleh kucing kesayannya.


Hingga akhirnya, Nora memutuskan mengakhiri hidupnya tepat pada pukul 00.00. Namun, di sinilah keajaiban terjadi. Nora tiba-tiba berada di sebuah perpustakaan. Bertemu dengan seorang pustakawati bernama Mrs Elm yang notabene gurunya di sekolah dulu. Mrs Elm menjelaskan jika Nora sedang berada di Perpustakaan Tengah Malam. Di mana eksistensinya ada di antara kehidupan dan kematian.


Jutaan buku yang berjejer di perpustakaan adalah kehidupan-kehidupan Nora lain seandainya dia membuat beberapa keputusan secara berbeda. Mrs Elm pun mempersilakan Nora untuk bebas memilih buku mana saja yang ingin ia ambil. Nora akan masuk ke dalam kehidupan paralelnya ketika ia membuka buku yang terpilih.


Misalnya dalam satu buku, Nora berhasil menjadi seorang atlet renang Olimpiade sehingga membuat ayahnya bahagia. Lalu ada juga kehidupan dirinya menjadi vokalis band yang terkenal. Setiap buku adalah hasil dari pilihan-pilihan yang tidak diambil Nora dalam kehidupan akarnya. Semakin Nora masuk ke dalam kehidupan-kehidupan lain, semakin Nora bisa memaknai apa arti tentang kehidupan.


Selalu Bersyukur




Di dalam Perpustakaan Tengah Malam, Nora banyak merasakan kehidupan lain yang ia jalani. Awalnya Nora berkipikir jika kehidupannya akan jauh lebih baik seandainya ia bisa memilih dengan tepat akan keputusan-keputusan yang diambil. 


Setiap keputusan yang tidak dipilih Nora, hadir dalam bentuk buku hijau di perpustakaan. Nora yang depresi dengan kehidupan akarnya, mencoba hidup di dunia alternatif seandainya dia memilih pilihan lain. Meski terlihat menyenangkan, tapi lambat laun, semakin banyak dunia alternatif yang ia masuki, semakin membuat Nora bersyukur kalau kehidupan akarnya sebenarnya jauh lebih baik.


Kita dapat mengambil pelajaran bahwa setiap keputusan yang kita ambil atau tinggalkan dalam kehidupan ini, memiliki dampak yang positif dan negatif baik itu bagi diri kita pribadi maupun orang lain.


Mungkin kita sempat menyesali beberapa keputusan penting dalam hidup. Seperti, kenapa dulu tidak memilih kuliah di Universitas A, kenapa dulu tidak belajar bermain musik, kenapa dulu menolak ketika ingin tinggal di luar kota. Keputusan-keputusan itu bisa membuat mu kecewa, namun kehidupan selalu memberikan kejutan yang tak pernah terpikirkan oleh kita. Ketika kita tidak masuk universitas A lalu diterima di universitaa B. Mungkin itu adalah jalan hidup untuk mu mendapatkan jodoh di univeristas B. Atau ketika kamu tidak bisa bermain musik, mungkin itu memang cara tuhan untuk kamu bisa fokus di bidang lain seperti olah raga atau akademi.


The Midnight Library mengajarkan kita untuk tetap bisa bersyukur akan keputusan-keputusan yang telah diambil, serta juga mampu memaknai akan arti kehidupan.


Teori Dunia Paralel



Dalam The Midnight Library, kita diperkenalkan dengan konsep dunia paralel atau dunia alternatif. Hal ini sempat bikin gue berpikir, sebenarnya ada nggak sih dunia paralel itu? Apakah kita punya versi diri kita yang lain di dunia yang lain juga?


Di buku The Midnight Library diceritakan setiap keputusan yang kita ambil, akan menciptakan dunia paralel lain. Keputusan A akan menciptakan diri kita untuk hidup di dalam dunia kita versi hasil dari keputusan A. Begitupun jika kita mengambil keputusan B, C, D, dan seterusnya. Alhasil, akan ada miliaran dunia paralel di mana kita hidup di dalamnya.


Entah lah, apakah dunia paralel itu ada atau tidak. Yang jelas, kita harus terus mensyukuri kehidupan yang sedang kita jalani. Seperti kutipan dalam buku The Midnight Libary,


“Tentu saja, kita tidak dapat mengunjungi setiap tempat atau bertemu dengan setiap orang atau melakukan setiap pekerjaan, namun sebagian besar dari apa yang kita rasakan dalam kehidupan apa pun masih tersedia. Kita tidak harus memainkan setiap pertandingan untuk mengetahui seperti apa rasanya menang. Kita tidak harus mendengar setiap musik di dunia untuk memahami musik. Kita tidak harus mencoba setiap jenis anggur dari setiap kebun anggur untuk mengetahui nikmatnya anggur. Cinta, tawa, ketakutan dan rasa sakit adalah mata uang universal. Kita hanya perlu memejamkan mata dan menikmati rasa minuman di depan kita dan mendengarkan lagu yang diputar. Kita sepenuhnya dan sepenuhnya hidup seperti kita dalam kehidupan lain mana pun dan memiliki akses ke spektrum emosional yang sama”



 

2 comments for "Review Buku The Midnight Library, Mengajarkan Untuk Hidup Bersyukur"

  1. Oh Midnight Library tuh isinya tentang dunia paralel. Kirain horor hantu-hantu, wkwkwkw. Bisa nih masuk TBR list-ku. Makasih mas Doni reviewnya. Ngomong-ngomong soal mensyukuri hidup, itu aku setuju banget. Dulu pas belum terlalu bisa berpikir seperti sekarang, aku suka mengandai-andai jika ambil keputusan lain mungkin hidupku akan lebih bahagia. Padahal itu hanya ada di dalam kepalaku saja. Belum tentu kalau ambil keputusan itu bisa bahagia.

    Berandai-andai seperti itu lama-kelamaan malah bikin hidup nggak tenang, hahaha. Jadi akhirnya terima saja dengan yang sudah terjadi. Toh segala pilihan yang sudah diambil, pastinya adalah pilihan yang diridhoi Yang Maha Kuasa. Dan pilihan itu merupakan keputusan terbaik menurut kita pada saat mengambilnya di masa lalu. Dengan bersikap menerima seperti itu, lama-kelamaan ya nggak jelek-jelek amat ini hidup. xD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba, bukunya bangus banget. Rekomendasi kalau emang mau baca buku yang satu ini.

      Nah iya setuju, jangan terlalu menyesali setiap keputusan yang diambil, karena seburuk-buruknya keputusan pasti ada hikmahnya

      Delete