Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review Buku Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas



Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas adalah novel ketiga dari Eka Kurniawan yang terbit pada 2014 setelah Cantik Itu Luka (2002) dan Lelaki Harimau (2004). Novel ini juga sudah diadaptasi menjadi film dengan mendapat banyak ulasan positif.

Sejujurnya, berkat novel ini, gue merasa makin menyukai karya Eka Kurniawan. Pertama mengenal Eka Kurniawan melalui novel Cantik Itu Luka. Berisi kurang lebih 500 halaman yang mengisahkan berbagai macam hal absurd yang bisa terpikirkan oleh umat manusia.


Di Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, gue masih merasakan apa yang ada di Cantik Itu Luka. Dialog-dialog singkat. Makian dan kata kotor yang bertebaran di mana-mana. Pemilihan diksi yang brutal tanpa peduli untuk siapa buku ini dibaca. Dan paling penting, penamaan setiap tokoh yang unik.


Di judulnya, Eka Kurniawan memilih kata “Rindu”, tapi novel ini jauh dari kata menye-menye. Bahkan boleh dibilang, sangat tegas dalam hal penyampaian sesuatu tanpa ada hal-hal klise.


Sinopsis Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas


Kita akan diajak mengikuti kisah sang karakter utama bernama Ajo Kawir (see? Namanya sangat unik kan) yang harus menjalani setengah hidupnya sebagai manusia yang tidak bisa ngaceng. Bukan tanpa sebab burung Ajo Kawir tidak bisa berdiri. Semua ini bermula dari ulah si Tokek, sahabat Ajo Kawir, yang mengajaknya ke sebuah rumah untuk mengintip janda bernama Rona Merah yang mau mandi.


Ketika menunggu Rona Merah mandi, mereka malah melihat dua polisi masuk ke rumah untuk memperkosa Rona Merah. Ajo Kawir dan Tokek yang sedang mengintip sontak kaget. Suara yang mereka buat ternyata bikin dua polisi itu sadar ada orang lain di luar rumah. Apesnya, Ajo Kawir yang gagal kabur, ditangkap dan dipaksa masuk rumah.


Ajo Kawir yang masih berumur 14 tahun, dipaksa untuk menyetubuhi Rona Merah. Sialnya, Ajo Kawir gemetar. Bahkan sang burung miliknya, tidak mau berdiri meski di depannya ada wanita tanpa sehelai benang pun.


Sejak kejadian itu, burung Ajo Kawir seperti dikutuk tidak lagi berdiri. Sang burung hanya tertidur lelap meski Ajo Kawir sudah melakukan berbagai cara untuk membangunkannya.


Petualangan Ajo Kawir dengan burung yang tertidur ini lah yang menjadi cerita utama dalam buku Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas.


Karakter Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas


Sebagai tokoh utama di buku Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, Ajo Kawir tentu memiliki spotlight terbanyak. Namun, karakter-karakter lain bukan cuma sebagai pajangan saja.


Tokek yang notabene adalah teman Ajo Kawir sejak kecil, menjadi karakter pendukung yang cukup kuat di awal cerita. Dicitrakan sebagai teman yang setia dan bertanggung jawab. Meskipun badung sedari kecil (Tokek sering dikeluarkan dari sekolah karena bermasalah), Tokek memiliki rasa tenggang rasa yang tinggi. Tokek merasa dirinya yang bersalah atas kutukan yang menimpa sahabatnya. Untuk itu, Tokek selalu ada ketika Ajo Kawir membutuhkannya. Tokek juga boleh dikatakan cowok setia. Tititnya hanya akan digunakan Tokek untuk istrinya kelak.


Sayang seiring berjalannya waktu, peran Tokek mulai memudar. Terutama ketika Ajo Kawir sudah dewasa, dan memiliki kehidupan yang berbeda dengan Tokek.


Tokoh lain yang cukup mencuri perhatian di sini adalah Mono Ompong. Ya, seperti namanya, sosok yang satu ini identik dengan gigi ompong dikarenakan berkelahi dengan musuhnya. Momo Ompong inilah yang jadi teman Ajo Kawir dewasa, menggantikan Tokek. Salah satu momen yang paling tak terlupakan dari Mono Ompong adalah rivalitasnya dengan Si Kumbang.


Berdamai Bersama Burung yang Tertidur


Kejantanan lelaki ada pada burungnya. Lalu, bagaimana jika sang lelaki memiliki burung yang loyo dan hobinya cuma tidur? Pertanyaan tersebut patut disematkan kepada Ajo Kawir. Awalnya, Ajo Kawir tak terima jika sang burung tak mau bangun. Segala cara sudah ia coba, namun hasilnya nihil. 


Seiring berjalannya waktu, Ajo Kawir perlahan mulai berdamai dengan burungnya sendiri. Ia tak lagi meminta sang burung untuk bangun. Burungnya layak Socrates. Dari si burung, Ajo Kawir belajar banyak hal sehingga mengubah jati dirinya sebagai bocah berandalan menjadi sosok pria bijaksana. Seperti sebuah ucapan yang ia lontarkan, 


“𝘏𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘦𝘴𝘶𝘯𝘺𝘪𝘢𝘯. 𝘛𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘬𝘦𝘬𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘯, 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘬𝘦𝘣𝘦𝘯𝘤𝘪𝘢𝘯. 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘦𝘯𝘵𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘭𝘢𝘩𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘢𝘱𝘢 𝘱𝘶𝘯. 𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢𝘫𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘚𝘪 𝘉𝘶𝘳𝘶𝘯𝘨."


Kisah Ajo Kawir dengan burungnya adalah petualangan paling berani bagi lelaki untuk bisa berdamai dengan diri sendiri.


Post a Comment for "Review Buku Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas"