Kenapa Makin Jarang Ada Bek Kiri Bagus di Premier League?



Musim lalu ada yang ilang dari lineup PFA Team of the Season Premier League yang biasanya bikin kita nggak sabar nunggu pengumumannya. Yap, nggak ada satupun bek kiri yang masuk tim terbaik! Ini pertama kali terjadi dalam 50 tahun sejarah penghargaan ini. 

Kieran Trippier sih masih nongkrong di sana sebagai full back, tapi dia sendirian. Selebihnya adalah bek tengah semua macam John Stones, Ruben Dias, dan William Saliba.

Nah, musim ini ceritanya nggak beda jauh. Para pemain bintang macam Andy Robertson, Luke Shaw, dan Ben Chilwell baru sempet main beberapa kali aja gara-gara cedera. Bahkan, klub-klub gede seperti Arsenal dan Manchester City keliatan kebingungan nyari pengganti yang pas buat jaga sisi kiri. 

Jadi, kira-kira siapa nih yang jadi full back terbaik di musim ini? Ada nama-nama seperti Lucas Digne, Antonee Robinson, atau Destiny Udogie yang siap beraksi, tapi mereka belum di anggap 'kelas dunia'.

Dulu Jamie Carragher sempet ngejek Gary Neville di Monday Night Football: “Engga ada yang pengin tumbuh menjadi Gary Neville.” Itu sih becanda aja, tapi ada benernya juga. Soalnya, bek kiri atau kanan sering dianggap kayak pilihan cadangan, diisi oleh bek tengah atau pemain sayap yang 'disulap' tugasnya. 

Tapi coba deh inget-inget, berapa sering sih di tim muda, ada pemain terbaik dimainkan sebagai full back? Jarang banget, kan?

Kalau jago golin, pasti dipasang jadi striker. Punya pasing bagus? Ditaro di tengah. Larinya cepet? Ngisi posisi winger. Atau punya badan gede kayak preman dan lumayan berwibawa, pelatih bakal milih tipe pemain ini buat jadi bek. So, emang jarang banget ada pemain muda yang jago di plot ngisi full back.

Sekarang ini, full back makin diminta buat ikutan nyerang. Masih inget Wayne Bridge? Dia mulai karir sebagai penyerang di Southampton, sempet main sebagai winger, trus akhirnya jadi bek kiri andalan. Itu dulu. Kini, dengan pemain sayap yang lebih suka main di sisi berlawanan dari kaki terkuat mereka, nyari bek kiri yang oke pun jadi semakin ribet.


Oiya, sejak tahun 2010, muncul istilah inverted winger. Ini artinya, banyak pemain sayap yang sudah oke malah main di sisi yang berlawanan — kayak Damien Duff yang main di sisi kanan dan Simon Davies di sisi kiri waktu Fulham nyampe final Liga Europa. 

Sekarang, anak-anak muda otomatis mikirin posisi terbaik mereka di sisi yang berlawanan dengan kaki terkuat mereka. Di Inggris, problem di sisi kiri itu muncul gara-gara nggak ada pemain kidal berkualitas yang dibutuhkan. Sekarang, dengan semua pilihan pemain sayap top mereka yang kidal — kayak Bukayo Saka, Cole Palmer, Phil Foden — main dari kanan, jadi tambah puyeng deh nyari yang pas buat jadi bek kiri.

Itu nambahin tantangan buat konversi full back, yang masih diharapkan main di sisi yang cocok dengan kaki favorit mereka. Pindahin pemain sayap kanan ke bek kiri itu lebih susah daripada pindahin dari sayap kiri ke bek kiri. 

Dulu, manajer cuma perlu yakinin pemain bahwa mereka bakal ngelakuin hal yang sama, cuma dari posisi yang lebih ke belakang. Tapi sekarang, lebih susah buat yakinin pemain yang biasa motong ke dalam dan nembak, kayak Arjen Robben, buat ubah total permainan mereka buat jadi bek sayap

Bahkan, ada usulan supaya Saka, yang sempet jadi bek kiri menyerang pas awal-awal Mikel Arteta jadi manajer, bisa ngejawab masalah posisi ini buat Inggris, tapi kayaknya itu terlalu jauh dari yang dia biasa lakukan. Kalo beberapa dekade yang lalu dia main sebagai pemain sayap kiri, mungkin nggak akan jadi masalah sedikit mundur ke bek kiri. Masalahnya, Saka udah seru sendiri main sebagai winger kanan alias inverted winger.


Trus, gimana kalo nyoba konversi bek tengah jadi full back? Soalnya, bek sekarang lebih dipilih berdasarkan kemampuan mereka dalam menguasai bola dan mobilitas mereka. Kayak Ben White, yang berhasil banget pas dipindah ke bek kanan, setelah sebelumnya oke banget sebagai bek tengah.

Itu berhasil di kanan. Tapi, tantangan buat bek kiri itu dua kali lipat. Pertama, pemain kidal itu lebih jarang dibanding pemain kanan, jadi pilihannya lebih sedikit. Kedua, permintaan buat bek tengah sisi kiri yang kidal itu lebih gede sekarang, jadi mereka lebih dibutuhkan di posisi aslinya. Nggak mesti kidal sih — lihat aja Virgil van Dijk yang kidal main di kiri dan jago banget ngasih umpan — tapi ada alasan bagus kenapa bek tengah kiri mesti kidal.

Jadi, apa yang bisa kita harapkan ke depan? Kayaknya perlu ada pemikiran ulang nih tentang cara kita melatih pemain muda, supaya mereka bisa lebih fleksibel mengisi berbagai posisi. Atau mungkin, ini cuma fase, dan suatu saat nanti kita bakal lihat lagi para bek kiri yang memukau di lapangan hijau. Sampai saat itu tiba, kita cuma bisa nonton dan lihat aja gimana dunia sepak bola bakal menyesuaikan diri. Siapa tau, mungkin bakal ada pemain yang bisa mengisi posisi yang selama ini terasa kosong.

Post a Comment for "Kenapa Makin Jarang Ada Bek Kiri Bagus di Premier League?"