[Review Buku] RE:, Kisah Pelacur dalam Jeratan Bisnis Esek-esek



Gue dua kali ketipu karena buku ini. Sebelum itu, gue jelaskan sedikit bagaimana proses si buku bisa sampai ke rumah. Bulan Februari kemarin, akun Gramedia di Tokopedia lagi ngadain flash sale harga 10 ribu. Wah lumayan banget kan bisa dapat buku dengan harga 10 ribu.

Sepengalaman gue, kalau mau ikut flash sale yang penting cepet-cepetan check out tanpa baca detail produknya. Itu lah yang gue lakukan ketika flash sale gramedia nawarin novel RE: dengan harga 10 ribu rupiah aja. Tanpa nyari tahu isi bukunya tentang apa, gue langsung bayar dan nunggu dikirim.

Pas sampe rumah, gue ketipu ternyata buku ini 18+ a.k.a pasti banyak pembahasan mirip buku-buku stensilan. Gak bakal aman nih kalau gue simpen buku ini di lemari sebelah sama bukunya Tuhan Ada di Hatimu karya Ustaz Habib Jafar.

Setelah selesai membaca buku ini, gue kena tipu yang kedua kali. Awalnya, gue menganggap buku ini ya biasa aja, tapi ternyata ceritanya bagus huhu ketipu positif sih ini namanya.


RE: adalah novel karangan Maman Suherman. Gue cuma tahu Maman Suherman sebagai panelis di beberapa acara tema politik di TV. Namun lewat buku ini, gue jadi tahu kalau dia memulai karier sebagai jurnalis lulusan jurusan Ilmu Kriminologi Universitas Indonesia.


Premis


Rere atau disebut juga sebagai Re: adalah seorang pelacur lesbian. Dalam menjalankan profesinya, Re: dan para pelacur lainnya dipimpin oleh germo bernama Mami Lani. Menjadi pelacur tentu bukan pilihan bagi Re:. Namun akibat himpitan ekonomi yang membuatnya terjebak dalam dunia hitam, dan terbelenggu oleh kekangan Mami Lani.


Sedangkan Herman adalah jurnalis sekaligus mahasiswa tingkat akhir jurusan Kriminologi yang sedang menyelesaikan proses akhir skripsi. Ia mengambil topik tentang dunia malam, terutama kehidupan para pelacur di Jakarta. 


Inilah irisan yang membuat Herman akhirnya berteman dekat dengan Re: dan menjadikannya subjek skripsi. Semua kisah di novel ini, diambil dari sudut pandang karakter Herman.


Tak Ada yang Ingin Menjadi Pelacur


Menjadi pelacur tentu tak akan pernah ada di benak setiap anak kecil yang ditanya apa cita-citanya saat besar nanti. Stigma negatif pun langsung tertuju kepada orang-orang yang berprofesi sebagai pelacur. 


Padahal, rasanya tidak ada orang yang dengan sadar ingin menjadi pelacur. Itu lah yang dialami oleh Re:. Ia memiliki kakek dan nenek yang dikarunia anak tunggal, yaitu ibu Re:. 


Berasal dari keluarga ningrat, kakek Re: diceritakan sebagai petualang cinta. Ia memiliki banyak simpanan, selain istri sahnya:. Keadaan mulai runyam ketika diketahui ibu Re: hamil tanpa tahu siapa ayahnya. Karena desakan kakek Re: meskipun ditentang oleh neneknya, akhirnya ibu Re: memilih melahirkan Re: ketimbang melakukan aborsi.


Kakek Re: wafat ketika Re: masih balita. Hubungan ibu Re: dan neneknya makin tidak akur, apalagi dengan kehadiran Re: yang disebut anak haram.


Cobaan kembali datang, ibu Re: terserang tifus. Meski sempat dirawat di rumah sakit, nyawanya tidak tertolong. Re: harus ikhlas merelakan kepergian orang yang paling ia cintai, dan hidup berdua bersama nenek yang membencinya.


Re: tumbuh menjadi gadis cantik jelita. Saat SMP, ia menjalin hubungan terlarang dengan guru les matematika. Memasuki SMA, ia juga terlibat cinta monyet dengan temannya. Bersama kedua orang itu, Re: terjerumus hingga akhirnya hamil. Re: tidak tahu siapa di antara dua orang itu yang bertanggung jawab atas anak yang dikandungnya.


Merasa kehamilannya sudah tak bisa ditutup-tutupi dari neneknya, Re: memutuskan pergi dari rumahnya di Bandung dan kabur ke Jakarta. 


Kehidupan Re: yang tidak jelas di Jakarta karena tanpa mengenal siapa-siapa, Re: merasa beruntung diselamatkan oleh sosok malaikat yang bernama Mami Lani. Mami Lani tak segan memberikan tempat tinggal dan membantu proses kelahiran Re:.


Namun siapa sangka jika niat baik Mami Lani hanyalah kedok. Re: yang merasa mentalnya sudah kembali serta anaknya lahir dengan selamat, dipaksa membayar setiap uang yang dikeluarkan Mami Lani untuknya. Mami Lani mempekerjakan Re: sebagai seorang pelacur lesbian untuk membayar utang-utangnya.


Setelah selesai baca buku ini, pandangan gue terhadap PSK atau pelacur sedikit berubah. Ketika melihat pelacur yang tadinya penasaran bagaimana bookingnya, jadi mikir bagaimana proses mereka hingga terpaksa menjalani profesi pelacur.


Nyawa Seolah Tak Ada Harganya


Menurut gue, buku RE: menitikberatkan tentang bagaimana kerasnya menjadi seorang pelacur. Apalagi germo yang jadi pemimpin para pelacur, seolah tak mengenal apa itu Hak Asasi Manusia. 


Hal ini tergambarkan lewat karakter Mami Lani yang bengis. Baginya, para pelacur yang ia pegang hanyalah alat-alat pencetak uang. Jika alatnya rusak, tinggal buang dan ganti yang baru.


Bak seekor laba-laba biadab, Mami Lani terus menjerat para pelacur agar tidak kabur dari bisnis yang ia jalankan. Terutama kepada pelacur yang masih tergolong cantik dan menghasilkan banyak uang.


Di BAB pertama novel ini, Sinta jadi bukti kebengisan Mami Lani. Sinta meninggal akibat tertabrak mobil yang melaju kencang. Kabar yang beredar, itu bukan kecelakaan biasa. Mami Lani mungkin jadi dalang tabrak lari tersebut karena mengetahui Sinta ingin kabur dari cengkramannya.


Sinta hanyalah salah satu korban yang nyawanya hilang seolah tak berharga akibat coba memberontak.


Mereka Juga Manusia


“Dosakah yang dia kerjakan. Sucikah mereka yang datang. Kadang dia tersenyum dalam tangis. Kadang dia menangis di dalam senyuman”. Itu merupakan lirik lagu berjudul Kupu-kupu Malam karangan Titiek Puspa. Ketika pertama kali terjun sebagai jurnalis spesialis kehidupan pelacur, Titiek Puspa adalah sosok yang sempat diwawancarai oleh Herman.


Lagu tersebut menegaskan jika seorang pelacur pun adalah manusia biasa. Ia bisa menangis, ia punya rasa cinta, bahkan ia juga tak lupa mengingat sang pencipta. 


Pada Bab 8, ketika Re: akan menjalani rutinitasnya sebagai wanita panggilan, ia tak segan untuk berdoa dan meminta keselamatan kepada Tuhan. Seperti halnya penggalan lirik lagu Kupu-kupu Malam, “Yang dia tahu tuhan penyayang umatnya”.


Sisi manusiawi Re: juga bisa terlihat dari caranya mencintai putri satu-satunya bernama Melur. Meskipun anaknya sudah diadopsi oleh orang lain, Re: selalu menyempatkan memberi hadiah untuk Melur. Bahkan satu-satunya motivasinya mencari uang sebagai pelacur hanya untuk kebahagiaan Melur.


Serba-serbi Dunia Pelacuran


Buku ini memang mengambil latar tahun 1989, tapi rasanya untuk beberapa cerita di dunia pelacuran masih relevan sampai sekarang. Misalnya saja profesi pelacur yang bisa diklasifikasikan ke beberapa bagian. Bukan cuma yang heteroseksual atau homoseksual saja. Pasalnya, seksualitas manusia amat beragam dan bisa digolongkan dalam tujuh gradasi:


0 = Heteroseksual eksklusif

1 = Heteroseksual predominan (lebih menonjol), homoseksual hanya sekali-kali

2 = Heteroseksual predominan, homoseksual lebih dari sekali-sekali

3 = Heteroseksual dan homoseksual sama banyaknya

4 = Homoseksual predominan, heteroseksual lebih dari sekali-sekali

5 = Homoseksual predominan, heteroseksualnya sekali-sekali

6 = Homoseksual eksklusif.


Profesi pelacur pun bisa dibagi lagi menjadi amatir dan profesional. Amatir berarti profesi pelacur hanyalah sampingan. Beda halnya dengan profesional yang menjadikan profesi pelacur sebagai pekerjaan utama.


Profesi pelacur juga dibedakan cara kerjanya. Ada yang bekerja secara individu, di mana ia mencari sendiri kliennya. Atau ada juga yang bekerja di bawah pimpinan germo.


Kongkalikong antara pelacur dan aparat bukan hal aneh. Di bab 5 diceritakan jika adanya simbiosis mutualisme dalam industri esek-esek ini. Mulai dari penyedia kamar, penjual kondom, penjaga keamanan, pelacur, pelanggan, bahkan office boy yang merapikan tempat tidur pun kecipratan uang di bisnis ini.


Belanda memandang bisnis esek-esek sangat berpotensi dan mengelolanya secara serius. Ada namanya “Program pelacur mandiri”, agar PSK bekerja secara mandiri atau tanpa setor ke mucikari dan mereka juga mendapat kredit dari bank untuk usahanya.


Selain bisnisnya, buku ini juga banyak memperkenalkan istilah-istilah yang digunakan oleh para pelaku PSK, misalnya sentul, kantil, lines, suami-suamian, ayang-ayang. Bahkan beberapa perilaku seks menyimpang pun diceritakan di sini.


Keterikatan Antara RE: dan Herman


Maman Suherman menyampaikan keseluruhan buku ini dengan apik. Gue jadi banyak tahu bagaimana dunia esek-esek yang sebenarnya. Mungkin satu kekurangan dari buku ini, gue tidak terlalu menangkap keterikatan antara RE: dan Herman. Pertemuan keduanya pun terjadi begitu saja. Tanpa alasan yang kuat mengapa Herman memilih RE: sebagai objek penelitiannya, padahal banyak PSK-PSK lain yang bisa ia pilih dengan mudah.


8/10 untuk buku RE: karangan Maman Suherman


Data Buku

Judul          : Re:

Pengarang  : Maman Suherman

Penerbit      : Pop (Imprint Kepustakaan Populer Gramedia)

Cetakan      : I, April 2014

Tebal          : vi + 160 halaman

Kategori     : Dewasa (19 tahun ke atas)

ISBN 13     : 978-979-91-0702-2

Baca Juga >> Rekomendasi 13 Tempat Membeli Buku Online Yang Aman Dan Sering Promo



5 comments for " [Review Buku] RE:, Kisah Pelacur dalam Jeratan Bisnis Esek-esek"

  1. Berarti tokoh cowoknya (beberapa tokoh lain juga) kayak terinspirasi dari pengalaman pribadi si Kang Maman, ya? Waktu garap skripsi dengan tema itu, mungkin sempat bertemu dengan si pelacur. Singkatnya, risetnya dia buat skripsi sekaligus novel. Haha.

    Gue sendiri udah sejak lama memandang pelacur dengan pandangan yang berbeda. Begitu pula dengan beberapa pekerjaan buruk atau yang identik dengan hal kotor. Pasti ada alasan khusus, kenapa sampai terjun ke dunia tersebut.

    Lebih-lebih kayak di novel ini yang rasanya dijebak. Mengingatkan gue sama buku Jakarta Undercover. Mereka kudu balikin uang investasi itu. Jadi awalnya si lonte dibiayai apa gitu, bahkan setelahnya juga ada juga yang disuruh oplas atau suntik silikon biar lebih mantap penampilannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yap, novelnya memang kisah nyata Kang Maman. Tapi ya dibumbumi beberapa cerita supaya lebih menarik.

      Gue belum pernah baca Jakarta Undercover, tapi ngeliat review orang-orang, novel ini sama Jakarta Undercover lumayan mirip.

      Delete
  2. biar 'ketipu positip' nya flash sale..lumayan kan jeh dapet 10 ribu buat novel yang lumayan whort it ti write..iya ga sih...membahas sisi kelam seorang re yang sedari lahir pun sudah seperti tidak diinginkan dua...beranjak remaja hamil yang entah siapa bapaknya..lalu ketemulah dengan mami lani yang tak kalah bengisnya as germo...wow penuh lika liku juga ya buku kang maman ini..sepertinya aku tau nih beliau yang sering di ilc itu bukan sih...indonesia lawak club..e apa bukan ya..coba takcek dulu fotonya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha iya 10 ribu dan bagus bukunya.

      Nah bener, yang suka di ILC dulu jadi notulen. Enggak nyangka kalau dia juga penulis novel

      Delete
    2. e kok gw nulis worth it to write...harusnya worth it read wkwk

      Delete